Sunday, 30 September 2012

Hikmah Di Sebalik Sakit


Salam perjuangan,

Entri terakhir pada hari ini , saya catatkan sebagai nukilan terakhir sebelum melelapkan mata dan sebagai peringatan kepada diri saya yang sudah seminggu diuji dengan gangguan pada kesihatan yang seperti belum mahu surut.

Setiap kali batuk sehingga terasa seperti mahu pecah dada ini menyebabkan saya teringat kepada aruah Pak Syed, staf pejabat Agong Pas yang telah kembali mengadap Ilahi baru-baru ini yang disahkan mengidap paru-paru berair dan tanda-tandanya adalah batuk, demam dan loya tekak.

Rawatan telah dibuat di klinik namun sehingga kini masih lagi menunjukkan tanda-tanda positif. Ikutkan hati, mahu saja bermalam di wad hospital supaya dapat diberikan rawatan yang secukupnya.
Saya menulis ini sebenarnya lebih kepada mahu berkongsi bersama pembaca tentang erti sakit dalam Islam. Bunyinya agak pelik tetapi sebagai hamba Allah, setiap yang berlaku kepada kita sudah tentu ada sebabnya.

Pernah diriwayatkan Rasulullah menjenguk Salman al-Fahrisi yang tengah berbaring sakit. Rasulullah bersabda. “Sesungguhnya ada tiga pahala yang menjadi kepunyaanmu dikala sakit. Engkau sedang mendapat peringatan dari Allah SWT, doamu dikabulkan-Nya, dan penyakit yang menimpamu akan menghapuskan dosa-dosamu.”

Rasulullah pun melarang untuk mencela penyakit. Ketika Ummu Saib sakit demam dan mencela penyakit yang menimpanya, Nabi bersabda. “Janganlah kamu mencela demam. Karena sesungguhnya demam itu menikis kesalahan anak cucu Adam sebagaimana bara api mengikis keburukan besi.” (HR. Muslim)

Sebab itu, bila kita sakit maka kita perlu sentiasa ingat bahawa ada yang tersirat disebalik sakit yang datang itu. Selain daripada Allah ingin menghapuskan dosa, sakit juga adalah peringatan yang datang daripada Allah kepada kita.

Saya ada terbaca dalam beberapa blog yang menyiarkan satu entri yang sama namun saya tidak pasti blog yang manakah paling awal menyiarkan entri ini. Tapi, ia adalah satu tajuk yang sangat baik untuk kita baca iaitu "Hikmah Sakit"

Hikmah Sakit

Dalam sebuah buku yang berjudul Yasalunaka fi al-Dinwa al-Hayat dan dikutip dalam Tabloid Syiar, Dr. Ahmad al-Syurbasi menulis ada lima hikmah dari sakit yang dialami manusia.

Pertama, sakit merupakan kesempatan untuk beristirahat. Kecenderungan manusia saat sihat adalah memperlakukan tubuhnya laksana robot. Ia terus bekerja demi mengejar kenikmatan dan kesenangan materi tanpa henti dan tanpa memperhatikan kesehatan diri sendiri. Ia tidak menyedari bahwa otot-otot yang ada dalam tubuhnya memiliki keterbatasan.Maka ketika seseorang sakit, ia memperoleh kesempatan untuk beristirahat, sambil melakukan introspeksi dan berpikir untuk memperbaiki pola hidupnya setelah ia sembuh nanti.

Kedua, sakit merupakan pendidikan. Ketika seseorang sakit parah, ia akan memahami betapa mahalnya nilai kesihatan. Ia pun rela mengeluarkan segala yang ia miliki demi kesembuhan penyakitnya.Ketika seseorang sakit, ia akan merasakan betapa nikmatnya selalu ditemani, dilayani, disediakan makanan, dan yang paling nikmat dihibur. Maka, setelah sembuh nanti, ia akan tahu apa yang harus ia lakukan ketika orang lain yang sakit.

Ketiga, sakit merupakan teguran atas kesombongan manusia. Ketika sihat, manusia terkadang bertingkah seolah-olah dialah yang paling gagah, paling berkuasa dan paling berpengaruh. Tapi ketika sakit menderanya, segagah apapun menusia, sebesar apapun manusia dan sebesar apapun pengaruhnya, ia tidak dapat beranjak dari tempat tidurnya. Ketika itu, ia tidak lebih dari seonggok tulang dan darah yang dibungkus kulit.

Keempat, sakit merupakan kesempatan untuk bertaubat dan menghapus dosa. Hal ini bukan hanya dilakukan oleh yang soleh, orang sejahat apapun ketika sakit parah tak bisa berbuat apa-apa. Tangannya tidak ringan lagi. Mulutnya tak mampu mencacimaki lagi. Yang ada hanyalah penyesalan dan penyeselan.Di samping itu, sakit yang diderita manusia merupakan kesempatan untuk memohon ampun atas dosa-dosanya. Dalam hadits diterangkan. “Tidaklah seorang muslim tertimpa keletihan, sakit, kebingungan, kesedihan dan keruwetan hidup, atau bahkan tertusuk duri, kecuali Allah menghapus dosa-dosanya. (HR. Muttafaq Alaih).

Kelima, sakit merupakan kesempatan untuk memperbaiki hubungan keluarga dan sosial. Ketika seseorang sakit, kerabat dekat akan semakin dekat, kerabat jauh akan menjadi dekat dan yang kenal akan semakin akrab. Ketika seorang anak sakit, orang tua akan semakin sayang dan perhatian terhadap anaknya. Sebaliknya, ketika orang tua sakit, sang anak akan semakin sayang dan hormat kepada orang tuanya. 

Mudah-mudahan Allah sentiasa memberikan peringatannya kepada kita.

Wassalam 

Source: http://www.khairulfaizi.com
Sharing is caring ^_^

0 comments:

Post a Comment