Salam perjuangan,
Entri terakhir pada hari ini , saya catatkan sebagai nukilan terakhir sebelum melelapkan mata dan sebagai peringatan kepada diri saya yang sudah seminggu diuji dengan gangguan pada kesihatan yang seperti belum mahu surut.
Setiap kali batuk sehingga terasa seperti mahu pecah dada ini
menyebabkan saya teringat kepada aruah Pak Syed, staf pejabat Agong Pas
yang telah kembali mengadap Ilahi baru-baru ini yang disahkan mengidap paru-paru berair dan tanda-tandanya adalah batuk, demam dan loya tekak.
Rawatan telah dibuat di klinik namun sehingga kini masih lagi
menunjukkan tanda-tanda positif. Ikutkan hati, mahu saja bermalam di wad
hospital supaya dapat diberikan rawatan yang secukupnya.
Saya menulis ini sebenarnya lebih kepada mahu berkongsi bersama pembaca
tentang erti sakit dalam Islam. Bunyinya agak pelik tetapi sebagai hamba
Allah, setiap yang berlaku kepada kita sudah tentu ada sebabnya.
Pernah diriwayatkan Rasulullah menjenguk Salman al-Fahrisi yang tengah
berbaring sakit. Rasulullah bersabda. “Sesungguhnya ada tiga pahala yang
menjadi kepunyaanmu dikala sakit. Engkau sedang mendapat peringatan
dari Allah SWT, doamu dikabulkan-Nya, dan penyakit yang menimpamu akan
menghapuskan dosa-dosamu.”
Rasulullah pun melarang untuk mencela penyakit. Ketika Ummu Saib sakit
demam dan mencela penyakit yang menimpanya, Nabi bersabda. “Janganlah
kamu mencela demam. Karena sesungguhnya demam itu menikis kesalahan anak
cucu Adam sebagaimana bara api mengikis keburukan besi.” (HR. Muslim)
Sebab itu, bila kita sakit maka kita perlu sentiasa ingat bahawa ada
yang tersirat disebalik sakit yang datang itu. Selain daripada Allah
ingin menghapuskan dosa, sakit juga adalah peringatan yang datang
daripada Allah kepada kita.
Saya ada terbaca dalam beberapa blog yang menyiarkan satu entri yang
sama namun saya tidak pasti blog yang manakah paling awal menyiarkan
entri ini. Tapi, ia adalah satu tajuk yang sangat baik untuk kita baca
iaitu "Hikmah Sakit"
Hikmah Sakit
Dalam sebuah buku yang berjudul Yasalunaka fi al-Dinwa al-Hayat dan
dikutip dalam Tabloid Syiar, Dr. Ahmad al-Syurbasi menulis ada lima
hikmah dari sakit yang dialami manusia.
Pertama, sakit merupakan kesempatan untuk beristirahat. Kecenderungan
manusia saat sihat adalah memperlakukan tubuhnya laksana robot. Ia
terus bekerja demi mengejar kenikmatan dan kesenangan materi tanpa henti
dan tanpa memperhatikan kesehatan diri sendiri. Ia tidak menyedari
bahwa otot-otot yang ada dalam tubuhnya memiliki keterbatasan.Maka
ketika seseorang sakit, ia memperoleh kesempatan untuk beristirahat,
sambil melakukan introspeksi dan berpikir untuk memperbaiki pola
hidupnya setelah ia sembuh nanti.
Kedua, sakit merupakan pendidikan. Ketika seseorang sakit parah,
ia akan memahami betapa mahalnya nilai kesihatan. Ia pun rela
mengeluarkan segala yang ia miliki demi kesembuhan penyakitnya.Ketika
seseorang sakit, ia akan merasakan betapa nikmatnya selalu ditemani,
dilayani, disediakan makanan, dan yang paling nikmat dihibur. Maka,
setelah sembuh nanti, ia akan tahu apa yang harus ia lakukan ketika
orang lain yang sakit.
Ketiga, sakit merupakan teguran atas kesombongan manusia. Ketika
sihat, manusia terkadang bertingkah seolah-olah dialah yang paling
gagah, paling berkuasa dan paling berpengaruh. Tapi ketika sakit
menderanya, segagah apapun menusia, sebesar apapun manusia dan sebesar
apapun pengaruhnya, ia tidak dapat beranjak dari tempat tidurnya. Ketika
itu, ia tidak lebih dari seonggok tulang dan darah yang dibungkus
kulit.
Keempat, sakit merupakan kesempatan untuk bertaubat dan menghapus dosa. Hal
ini bukan hanya dilakukan oleh yang soleh, orang sejahat apapun ketika
sakit parah tak bisa berbuat apa-apa. Tangannya tidak ringan lagi.
Mulutnya tak mampu mencacimaki lagi. Yang ada hanyalah penyesalan dan
penyeselan.Di samping itu, sakit yang diderita manusia merupakan
kesempatan untuk memohon ampun atas dosa-dosanya. Dalam hadits
diterangkan. “Tidaklah seorang muslim tertimpa keletihan, sakit,
kebingungan, kesedihan dan keruwetan hidup, atau bahkan tertusuk duri,
kecuali Allah menghapus dosa-dosanya. (HR. Muttafaq Alaih).
Kelima, sakit merupakan kesempatan untuk memperbaiki hubungan keluarga dan sosial. Ketika
seseorang sakit, kerabat dekat akan semakin dekat, kerabat jauh akan
menjadi dekat dan yang kenal akan semakin akrab. Ketika seorang anak
sakit, orang tua akan semakin sayang dan perhatian terhadap anaknya.
Sebaliknya, ketika orang tua sakit, sang anak akan semakin sayang dan
hormat kepada orang tuanya.
Mudah-mudahan Allah sentiasa memberikan peringatannya kepada kita.
Wassalam
Source: http://www.khairulfaizi.com
0 comments:
Post a Comment